Konferensi Meja Bundar

Konferensi Meja Bundar: Jalan Diplomasi RI

Setelah agresi militer Belanda I dan II, perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia tidak hanya berlangsung di medan perang, tetapi juga di meja perundingan. Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berlangsung di  pada 23 Agustus–2 November 1949 menjadi tonggak penting dalam sejarah diplomasi Indonesia.

Tujuan KMB adalah menyelesaikan konflik antara Indonesia dan Belanda secara damai, dengan tekanan internasional terutama dari PBB, Amerika Serikat, dan negara-negara lain yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Selain itu, “meja bundar” juga bisa merujuk pada: 

  • Pertemuan atau diskusi yang bersifat informal dan santai:
    Di mana peserta duduk di sekitar meja bundar untuk membahas topik tertentu.
  • Sifat dari sebuah diskusi atau pertemuan:
    Di mana semua peserta memiliki kesempatan yang sama untuk berbicara dan memberikan pendapat.

Isi Perundingan dan Hasil KMB

Konferensi ini melibatkan tiga pihak:

  1. Delegasi Republik Indonesia (dipimpin Mohammad Hatta)
  2. Delegasi Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO) – mewakili negara-negara federal bentukan Belanda
  3. Delegasi Belanda (dipimpin Van Maarseveen) Den Haag, Belanda

Poin penting hasil KMB:

  • Belanda mengakui kedaulatan Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 27 Desember 1949.
  • Pembentukan RIS sebagai bentuk federal sementara.
  • TNI menjadi tentara nasional RIS, dan pasukan Belanda ditarik.
  • Indonesia harus mengambil alih hutang Belanda sebesar 4,3 miliar gulden (kontroversial dan dikritik).
  • Masalah Irian Barat ditunda untuk diselesaikan dalam waktu satu tahun.

Hasil KMB tidak sepenuhnya ideal bagi Indonesia, namun tetap menjadi langkah besar menuju kemerdekaan yang diakui secara internasional.

Pelajaran Berharga dari Diplomasi Menuju Kedaulatan

KMB menunjukkan bahwa perjuangan tidak hanya membutuhkan senjata, tetapi juga kecerdasan diplomasi. Ketekunan tokoh bangsa seperti Mohammad Hatta, Dr. Subandrio, dan Sultan Hamid II membuahkan hasil: kemerdekaan Indonesia diakui secara resmi oleh Belanda dan dunia.

Kini, semangat perjuangan itu harus diteruskan dalam bentuk perjuangan sosial. Indonesia yang merdeka belum sepenuhnya bebas dari ketimpangan:

  • Banyak anak masih kesulitan mengakses pendidikan layak
  • Warga di pelosok kesulitan akses kesehatan dasar
  • Jutaan keluarga hidup dalam kemiskinan struktural

Mari teruskan perjuangan para pendiri bangsa melalui wakaf pendidikan, sedekah pangan, zakat produktif, dan donasi kemanusiaan.

🕊️ Yayasan Cendikia Indonesia Taqwa hadir untuk menjembatani semangat kemerdekaan dengan aksi nyata hari ini.

📌 Klik di sini untuk berdonasi dan melanjutkan perjuangan bangsa.
👉 Donasi Sekarang ke Yayasan Cendikia Indonesia Taqwa

Leave a Comment